Jakarta_Kspsinews,- Organisasi Ketenagakerjaan Internasional/International Labour Organization (ILO) pada tgl 19, 22 Januari’2024 menyelenggarakan Training Sosialisasi Ekonomi Perawatan (Care Economy) melalui Media Sosial untuk 6 Konfederasi Serikat Pekerja/ Serikat Buruh selama 2 hari di Hotel Four Points Thamrin – Jakarta, dihadiri 30 orang peserta yang telah terlibat dalam pelatihan dan sosialisasi Care Economy di Tangerang, Banten dan Bandung, Jabar.
Training ini diselenggarakan ILO bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan mempelajari teknik melakukan kampanye/ sosialisasi penyadartahuan (awareness raising) kepada anggota SP/ SB di Indonesia dan masyarakat luas, melalui pemanfaatan efektif dan bijak penggunaan media sosial secara terencana & terukur, yang akan bermanfaat untuk mengadvokasi kegiatan isu-isu care economy , selain itu secara tidak langsung akan mendorong pekerjaan yang layak, dan dalam jangka panjang juga mendukung keterampilan komunikasi dan sosialisasi SP/SB .
Early Dewi Nuriana, Programme Officer for Care Economy, menjelaskan agar SP/SB dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana penyampaian informasi yang efektif tentang isu-isu ketenagakerjaan yang selama ini belum menjadi isu prioritas yang diperjuangkan kawan-kawan SP/SB, tidak seperti pada isu hak -hak normatif, karena Care Economy ini juga merupakan isu baru di dunia ketenagakerjaan yang tidak kalah pentingnya juga untuk diperjuangkan bersama oleh SP/SB yang ada, guna mendapatkan pengakuan sebagai kerja layak dberbasis kesetaraan gender. Lebih lanjut Early menyampaikan, Lalu bagaimana strategi yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan kerja pengasuhan (Care Economy)?
Strategi untuk mencapai kesetaraan dalam kerja pengasuhan dilakukan melalui 5R yang mengacu pada prinsip pengakuan (recognition), pengurangan (reduction), dan redistribusi (redistribution).
Pertama, Recognition dimana prinsip ini menekankan perlunya mengakui dan menghargai pekerjaan perawatan sebagai hal yang penting dan mendasar bagi kehidupan dan aktivitas manusia. Pengakuan atas pekerjaan perawatan (care work) mencakup pengakuan manfaat sosial dan ekonomi yang dihasilkannya, serta dampaknya terhadap individu, keluarga, dan komunitas atau dengan kata lain menghitung beban kerja (terutama untuk unpaid care work). Dengan adanya recognition diharapkan mendorong adanya reduction dan redistribution.
Kedua, Reduction berfokus pada pengurangan beban pengasuhan dan waktu yang dihabiskan untuk menjalankan care work. Strategi yang dapat diambil adalah mengembangkan kebijakan bertujuan untuk meringankan beban pekerjaan perawatan, seperti meningkatkan akses terhadap air bersih, fasilitas sanitasi, dan sumber energi, serta menyediakan teknologi yang terjangkau dan mudah diakses yang dapat mengurangi waktu dan energi yang dihabiskan untuk pekerjaan rumah tangga.
Ketiga, Redistribution dimana prinsip ini bertujuan untuk mendistribusikan kembali pekerjaan perawatan dari perempuan ke laki-laki. Hal ini melibatkan tantangan terhadap peran gender tradisional dan mendorong tanggung jawab bersama dalam pekerjaan perawatan dalam rumah tangga dan masyarakat. Pekerjaan rumah tangga bukan hanya tanggung jawab perempuan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama (care sharing arrangement). Strategi ini memerlukan keterlibatan tidak hanya pasangan namun juga pemerintah dan sektor swasta. Pemerintah dapat menciptakan kebijakan dan program yang mendorong partisipasi laki-laki dalam kerja pengasuhan, serta mendorong sektor publik dan swasta untuk menyediakan layanan pengasuhan yang terjangkau dan berkualitas. Dengan cara ini, beban kerja pengasuhan dapat didistribusikan secara lebih adil dan dapat membantu mencapai kesetaraan dalam peran pengasuhan antara laki-laki dan perempuan.
Memperkuat kegiatan kampanye/ sosialisasi Care Economy 6 Konfederasi SP/ SB disampaikan Tri Ruswati – Wasekjen Bidang Pemberdayaan Perempuan & Anak KSPSI, ada beberapa agenda yang telah dibuat melalui Rencana Tindak Lanjut KSPSI kedepannya, seperti KSPSI akan melakukan kampanye bersama melalui akun khusus yang dibuat untuk media sosial Care Economy KSPSI (Facebook, Instagram, dan tiktok). Selain itu KSPSI akan merencanakan sosialisasi offline melalui seminar atau workshop yang akan disinergikan dengan kegiatan yang berhubungan dengan perempuan, seperti Hari Perempuan Sedunia 8 Maret, Hari Kartini 21 April, dan Hari Ibu. 22 Desember (tentative), pungkasnya.
(Penulis: Tri Ruswati – Wasekjen KSPSI)