Jakarta_Kspsinews,- Ketua Komite Manajemen Resiko Investasi, dan Pelayanan Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan, Agung Nungroho dalam wawancara singkat tim media Kspsinews, di Jakarta (Rabu, 4/1/2023) mengatakan bahwa dinamika perkembangan teknologi digital merupakan tantangan yang harus dihadapi, tak terkecuali oleh BPJS Ketenagakerjaan sebagai badan publik yang berkomitmen untuk mengedepankan pelayanannya. Menurut Agung, transformasi yang sedang terjadi ini harus menjadi momentum bagi BPJS Ketenagakerjaan dalam mewujudkan visi dan misi, dimana dengan semangat mewujudkan jaminan sosial ketenagakerjaan yang kredibel atau dapat dipercaya, berkelanjutan, dan benar-benar menyasar pada tujuan utama menyejahterahkan seluruh pekerja Indonesia.
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja FARKES tersebut mengatakan:” Dalam melaksanakan pelayanan kepada peserta yakni dengan kemudahan, keamanan, efesien, dan efektif, maka transformasi digital merupakan langkah nyata yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan.”
Lebih lanjut Agung menambahkan :” Digitalisasi telah merambah kepada tatanan masyarakat secara global, dan kami menyadari bahwa berbicara perihal kemudahan dan efesiensi pelayanan BPJS Ketenagakerjaan merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. Digitalisasi yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan telah memberikan kemudahan kepada pesertanya untuk melakukan aktivitas keanggotaannya.”
AGILE
BPJS Ketenagakerjaan dalam proses transformasi digital memiliki rencana strategis yang disebut dengan AGILE yang merupakan akronim dari Adaptive, Growth, Innovative, Loyal, & Excellence. AGILE ini menjadi fokus target yang akan dicapai oleh BPJS Ketenagakerjaan dalam memberikan pelayanan terbaik dan merupakan pondasi capaian dalam kurun waktu 2023-2026.
Adaptive, BPJS Ketenagakerjaan dalam merespons perkembangan dunia digital saat ini telah melakukan transformasi pelayanan menuju digitalisasi, secara bertahap dan pasti BPJS Ketenagakerjaan melakukan perubahan pelayanan dari konvensional menuju pelayanan digital dengan terus melakukan penyesuaian yang didasarkan pada kebutuhan serta kemudahan peserta. BPJS Ketenagakerjaan telah meluncurkan beberapa aplikasi layanan digital seperti BPJSTKU, layanan tanpa kontak fisik (Lapak Asik) yaitu layanan yang diperuntukkan pada saat pandemi Covid-19, dan yang paling termutakhir Jamostek Mobile (JMO).
Growth, target BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2023 sampai dengan 2026 adalah pertumbuhan peserta BPJS Ketenagakerjaan, dengan melakukan transformasi digital, BPJS Ketenagakerjaan diharapkan mampu memperluas cakupan dan meningkatkan kepesertaannya.
Innovative & Loyal, menjawab dinamisasi era digital yang sangat cepat, inovasi menjadi kebutuhan utama, baik secara sistem, teknologi maupun SDM. Inovasi yang disesuaikan dengan kondisi di era digital serta loyalitas memberikan pelayanan yang mengedepankan keamanan, kemudahan dan efisien merupakan faktor penting dalam mewujudkan visi dan misi BPJS Ketenagakerjaan.
Excellence, merupakan target yang hendak dicapai dalam rencana strategis BPJS Ketenagakerjaan di tahun 2026. Di mana BPJS Ketenagakerjaan saat ini terus berupaya mewujudkan pelayanan yang mengedepankan kemudahan, kemanan dan efisien kepada peserta dan mitra kerjanya sebagai bentuk kesiapan BPJS Ketenagakerjaan dalam melakukan transformasi digital. Ke depan, dalam hal pelayanan, BPJS Ketenagakerjaan akan menghadirkan basis data yang valid, transparan, dan dengan sistem pelayanan yang terintegrasi.
Agung juga menambahkan bahwa saat ini ada tiga komponen utama bidang Teknologi Informasi di BPJS Ketenagakerjaan, pertama adalah Operasional Teknologi Informasi (OTI), secara spesifik unit ini bersentuhan dengan segala kebutuhan infrastruktur perangkat keras (hardware); kedua, Pengembangan Teknologi Informasi (PTI) unit ini melakukan berbagai pengembangan dan inovasi perangkat lunak (software) dan aplikasi teknologi informasi BPJS Ketenagakerjaan; ketiga adalah Manajemen Data Teknologi Informasi (MDTI).
“Dengan mengkolaborasikan ketiga komponen tersebut, diharapkan ke depan BPJS Ketenagakerjaan akan memiliki single platform yang mampu melayani segala kebutuhan peserta BPJS Ketenagakerjaan di era digital. Tentu saja langkah ini membutuhkan proses yang dibarengi dengan prinsip kehati-hatian dan perlu dilakukan secara saksama, tentu saja dengan menghilangkan ego sektoral” jelas Agung.
Sebagai badan publik, BPJS Ketenagakerjaan tentu akan tetap fokus dan serius pada perhatian pelayanan kepada peserta BPJS TK. BPJS Ketenagakerjaan menyadari bahwa membangun Brand Awareness merupakan keharusan, dan layanan yang cepat dan mudah melalui platform digital telah dilakukan demi membangun brand awareness tersebut. BPJSTKU, LAPAK ASIK dan JMO merupakan bukti konkrit dari pencapaian visi dan misinya. Semua aplikasi tersebut semata-mata dilakukan dengan tujuan agar peserta mendapatkan kemudahan tanpa harus mendatangi lagi kantor pelayanan BPJS Ketenagakerjaan. Bahkan untuk mempermudah klaim seperti Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua dapat diklaim melalui aplikasi JMO meski untuk saat ini pelayanan klaim kepesertaan masih terbatas pada nominal dibawah 10 (sepuluh) juta rupiah.
Agung Nugroho mengharapkan peran aktif masyarakat khususnya pekerja dalam hal ini terlebih lagi serikat pekerja atau serikat buruh dalam mensosialisasikan program-program BPJS Ketenagakerjaan ini.
“Meski BPJS Ketenagakerjaan tetap aktif melakukan sosialisasi baik melalui media sosial, media on line, dan komunikasi lainnya namun peran serta masyarakat khususnya pekerja dan buruh juga kami harapkan. Pemahaman masyarakat akan manfaat kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan pemahaman platform digital yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan akan semakin membentuk brand awareness BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri. Digitalisasi adalah mempersiapkan ketersediaan big data yang valid dan objektif sehingga teknologi informasi yang kredibel dengan mengedepankan pelayanan yang mudah dengan jaminan keamanan yang baik” pungkas Agung menutup.