Penguatan SJSN Melalui Strategi Proaktif dan Preventif

Home » Penguatan SJSN Melalui Strategi Proaktif dan Preventif >>Penguatan SJSN Melalui Strategi Proaktif dan Preventif

 

Jakarta_Kspsinews,-  Transformasi dunia kerja yang didorong oleh kemajuan teknologi, perubahan demografi dan perubahan iklim yang berlangsung secara bersamaan, telah membawa mempengaruhi  deman & supply tenaga kerja serta akses layanan kesehatan. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya pekerja informal terutama sektor gig economy. Menurut data Badan Pusat Statistik pada Februari 2024, hampir 59,17% pekerja Indonesia dalam kategori informal atau sekitar 84,13 juta jiwa.

Sementara itu, kendati Indonesia memasuki masa yang disebut sebagai masa keemas an demografi (bonus demografi), namun sifat demografi yang selalu berubah (bersifat sementara) menunjukkan bahwa dari kurang lebih 280 juta penduduk Indonesia saat ini, akan memasuki lanjut usia (lansia) hingga hampir seperlimanya pada 2045. Kemajuan teknologi di bidang kesehatan tentu semakin menambah peluang harapan hidup semakin panjang dan akan mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan dan manfaat pensiun yang lebih lama. Penurunan angka kelahiran akan memicu kurangnya tenaga kerja terutama disektor perawatan, sementara permintaan akan tenaga perawatan baik anak, lansia, dan disabilitas meningkat.

Perubahan iklim global juga mengakibatkan disrupsi terutama pada sektor pertambangan dan energi yang tentunya akan berimbas pada sektor industri yang mengandalkan energi fosil. Transisi Energi Berkeadilan yang meski disinyalir membawa banyak peluang pekerjaan baru namun tetap saja berpotensi meningkatkan pekerja informal yang disebabkan perubahan kebutuhan keterampilan baru.

Urbanisasi dan migrasi juga diperkirakan meningkat sebagai upaya para pekerja dalam memenuhi kebutuhannnya dan keluarganya, yang juga menambah permasalahan dalam dunia ketenagakerjaan. Peningkatan urbanisasi dapat meningkatkan perkembangan penyakit, kesenjangan sosial, dan pekerjaan yang tidak menentu.

Kondisi ini memberikan dampak psikologis kepada pekerja akibat risiko kehilangan pendapatan atau pekerjaan, dan gangguan kestabilan ekonomi mereka. Tekanan psikologis ini akan menimbulkan stress, depresi, dan tekanan mental yang dapat memicu pekerja mengalami sakit bahkan mengalami kecelakaan kerja.

Peranan jaminan sosial sangat krusial bagi pekerja dalam menghadapi risiko dampak perubahan di atas. Program jaminan sosial menjadi perlindungan bagi pekerja dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dan keluarganya baik saat ini dan pada masa nanti (lansia).

Tantangan Keberlanjutan Sistem Jaminan Sosial Nasional

Transformasi dunia kerja sebagaimana dijelaskan di atas akan berdampak pada cakupan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Meningkatnya pekerja informal dan pekerja gig economy akan cenderung menurunkan kepesertaan program jaminan sosial. Ketidaksiapan tenaga kerja menghadapi perubahan berpotensi menambah pengangguran dan menarik diri dari program jaminan sosial, sehingga dapat mengurangi kontribusi sumber daya Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Sementara itu, peningkatan jumlah lansia akan menambah beban layanan kesehatan dan manfaat jaminan hari tua atau pensiun yang lebih panjang, juga akan berdampak pada kesetimbangan sumber daya yang ada. Dalam sisi lain, urbanisasi selain berpotensi menimbulkan kesenjangan dalam manfaat jaminan sosial, juga berpotensi terhadap peningkatan layanan kesehatan akibat peningkatan penyakita yang ditimbulkan oleh kepadatan penduduk.

Sifat pekerja informal, peningkatan jumlah lansia, peningkatan urbanisasi dan pekerja migran dapat mempersempit cakupan jaminan sosial, pengurangan kontribusi dan peningkatan pembiayaan manfaat jaminan sosial, pada akhirnya dapat mempengaruhi pada keberlanjutan sistem jaminan sosial nasional itu sendiri.

Strategi Proaktif dan Preventif Untuk Penguatan Sistem Jaminan Sosial

Dalam membangun sistem jaminan sosial nasional yang tangguh dan berkelanjutan dibutuhkan intervensi dini. Mitigasi terhadap risiko yang dapat merugikan program jaminan sosial dapat dilakukan lebih awal melalui pendekatan proaktif dan preventif terutama oleh badan penyelenggara jaminan sosial.

Pendekatan proaktif dan preventif berfokus  pada dukungan pemberdayaan yang memungkinkan  calon penerima manfaat program jaminan sosial, sedapat mungkin, meminimalkan penggunaan manfaat jaminan sosial.

Pendekatan proaktif dalam konteks sistem jaminan sosial berarti mengambil tindakan sebelum masalah muncul. Ini melibatkan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah terjadinya risiko sosial yang dapat berdampak negatif pada masyarakat. Beberapa contoh penerapan pendekatan proaktif adalah:

  • Melakukan pemetaan dan identifikasi terhadap kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi mengalami masalah sosial, seperti lansia, anak-anak, penyandang disabilitas, atau masyarakat miskin.
  • Menyelenggarakan program-program yang bertujuan untuk mencegah terjadinya masalah sosial, seperti program pendidikan, pelatihan keterampilan, penyuluhan kesehatan, dan program pemberdayaan masyarakat.
  • Membangun dan memperkuat sistem perlindungan sosial yang komprehensif, meliputi jaminan kesehatan, jaminan pensiun, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kehilangan pekerjaan.

Pendekatan preventif memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan proaktif, yaitu mencegah terjadinya masalah sosial. Namun, fokus pendekatan preventif lebih pada menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya masalah tersebut. Beberapa contoh penerapan pendekatan preventif adalah:

  • PeMelaksanakan program-program pengentasan kemiskinan, seperti program bantuan sosial, program penciptaan lapangan kerja, dan program pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
  • Melakukan promosi kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini penyakit untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian.
  • Melaksakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Matriks Untuk Meningkatkan Hasil Pendekatan Proaktif dan Preventif

Dalam laporan yang dilansir oleh International Social Security Association (ISSA), “Dynamic Social Security: A global commitment to excellence, GLOBAL REPORT 2013” terdapat matrik untuk meningkatkan hasil pendekatan proaktif dan preventif.

Ada 4 aspek dukungan dalam pendekatan proaktif dan preventif , yakni dukungan terhadap kesehatan, dukungan terhadap lapangan kerja dan aktivitas, dukungan pemberdayaan dan tanggung jawab, serta dukugan terhadap keberlanjutan.

Dukungan pada kesehatan bertujuan untuk memberikan dukungan bagi pemeliharaan kesehatan yang baik. Memperkenalkan program pengobatan yang lebih terstruktur untuk kondisi kronis tertentu. Tantangan untuk mengatasi dampak penyakit tidak menular dan risiko kesehatan kerja merupakan prioritas di semua wilayah. Contohnya program penurunan diabetes, obesitas, juga pada penyakit menular seperti HIV.

Dukungan pada  lapangan kerja dan aktivitas dengan mengingat bahwa semakin lama seseorang tidak bekerja, semakin besar kemungkinannya untuk mengikuti program tunjangan jaminan sosial jangka panjang. Kekhawatiran untuk mencegah atau mempersingkat ketidakhadiran kerja akibat pengangguran, kondisi kesehatan yang buruk atau alasan-alasan lain merupakan hal yang paling menonjol. Tindakan inovatif untuk intervensi yang lebih awal dan komprehensif oleh penyelenggara jaminan sosial harus meliputi: strategi pencegahan dan aktivasi komprehensif yang diterapkan dalam skema asuransi pengangguran, seperti yang dilaksanakan oleh negara Belgia. Belgia  cukup berhasil dalam mencegah tingginya angka pengangguran dengan melakukan kembali mengintegrasikan pencari kerja berketerampilan rendah dan pengangguran jangka panjang.

Dukungan pemberdayaan dan tanggung jawab mencakup upaya yang memungkinkan individu mengelola risiko dengan baik, dengan kata lain memerlukan peningkatan tanggung jawab individu. Melalui program tunjangan bersyarat, menjadikan penyediaan tunjangan dan layanan tergantung pada perilaku individu tertentu merupakan dimensi penting. di sini.Penting fokus dalam meningkatkan pengembangan sumber daya manusia, khususnya bagi generasi muda. Langkah-langkah lain juga sering kali berfokus pada populasi muda, seperti program untuk  menciptakan kesempatan yang sama dan akses terhadap pengasuhan anak yang profesional. Untuk mendukung perubahan perilaku individu di antara penerima manfaat dan staf jaminan sosial, komunikasi yang lebih baik dan tepat sasaran sangatlah penting. Mempromosikan pendidikan tentang jaminan sosial dan memupuk “budaya” yang menganut nilai-nilai solidaritas dan pengumpulan risiko adalah pendekatan yang umum.

Dukungan keberlanjutan mencakup tentang manajemen risiko untuk memastikan bahwa semua risiko yang dihadapi harus dipahami, dinilai dan dimitigasi, diterima atau jika mungkin dialihkan.

Mengapa Pendekatan Proaktif dan Preventif Penting

Pendekatan proaktif dan preventif dapat mencegah masalah sosial lebih efektif dan efisien daripada mengobati yang sudah terjadi, artinya jaminan sosial tidak sekedar berfokus pada manfaat program saja. Selain itu dengan kedua pendekatan ini, masyarakat akan dapat hidup lebih Sejahtera dan berkualitas.

Pendekatan proaktif dan preventif sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) khusunya dalam mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial yang berdampak pada penguatan ketahanan sosial. Sistem jaminan sosial yang kuat dan berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam menghadapi berbagai risiko.

Penulis :

Royanto Purba (Wakil Sekjen DPP KSPSI)

By Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *